Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat untuk membatasi aktivitasnya. Termasuk guru dan siswa. Aktivitas pembelajaran normal di sekolah tidak berjalan seperti biasanya. Guru tidak bisa bertatap muka secara langsung dengan siswanya. Tapi bukan berarti aktivitas pembelajaran berhenti. Ada saja startegi yang dilakukan agar pembelajaran tetap berjalan. Salah satunya melalui pembelajaran dalam jaringan (daring).
Aktivitas pembelajaran daring dilakukan dari rumah. Syarat utama daring adalah paham Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Oleh karena itu, pemahaman dan penguasaan TIK menjadi sebuah keniscayaan. Agar lebih akrab dengan TIK, guru harus “berguru”. Tidak hanya sekedar mengajar, namun juga harus belajar (lagi) tentang TIK. TIK menjadi media utama dalam pembelajaran daring.
Sejak mewabahnya covid-19, semua kegiatan dilakukan dari rumah. Pada saat yang bersamaan, muncul tudingan miring yang dialamtkan kepada para guru. “Enak guru rebahan di rumah, tapi tetap mendapatkan gaji,” tudingnya.
Tuduhan itu tidak benar adanya. Pada masa pandemi covid-19 ini. Dengan kesadaran sendiri, guru banyak yang mengikuti bimtek, diklat, workshop daring, webinar dan sejenisnya. Kegiatan itu difasilitasi oleh PTN, organisasi profesi, lembaga negeri maupun swasta. Ada yang gratis dan berbayar. Tujuannya agar pembelajaran daring yang dikelola bisa lebih variatif dan berkualitas.
Beberapa webinar dan diklat daring yang saya ikuti, diantaranya; Pertama, peserta diklat daring “Google Classroom dan Quizizz (DDGCQ)”. Pada diklat ini, diperkenalkan Learning Managemen System (LMS) yang berupa Gclassroom dan aplikasi penilaian Gform dan Quizizz. Interaksi antar panitia, nara sumber dan peserta dilakukan melakukan aplikasi Telegram, Glassroom, dan Vicon (Webex). Hasil dari diklat ini sangat membantu penulis dalam penerapan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) terhadap peserta didik di sekolah.
Dalam penerapan Gclasroom di sekolah, penulis membuat kelas untuk peserta didik. Mereka penulis undang untuk bergabung di kelas melalui kode kelas yang terkirim di group Whatshapp kelas. Adapun kompetensi dasar yang penulis ajarkan berupa Sistem Imunitas Manusia. Penulis membuat topik dalam kelas Gclassroom, antara lain: (i) Materi bahan ajar, (ii) Diskusi, (iii) Tugas, dan (iv) Penilaian, yang disingkat MaDuAsLi.
Peserta didik sangat antusias mengikuti kelas Gclassroom yang penulis ampu. Komentar positif pun bermunculan dari peserta didik. Mereka semangat, riang gembira, dan antusias dalam mengikuti pembelajaran daring ini. Untuk menambah pemahaman peserta didik, penulis melakukan penilaian memakai Gform dan Quizizz, dan hasilnya langsung terekam pada Gdrive yang tersedia.
Kedua, peserta diklat daring “Komunikasi Dalam Pembelajaran”. Pada diklat ini diperkenalkan materi, yaitu (i) konsep dasar komunikasi, (ii) aspek-aspek komunikasi dalam pembelajaran, (iii) teknik komunikasi dalam pembelajaran, dan (iv) implementasi komunikasi dalam RPP. Interaksi antar panitia, nara sumber dan peserta dilakukan melakukan aplikasi Whatshapp, dan https://pkb.p4tkipa.kemdikbud.go.id/mooc/. Ilmu yang diperoleh dari kegiatan ini semakin menambah pemahaman dan pengetahuan penulis tentang bagaimana berkomunikasi secara baik, lengkap dan benar kepada peserta didik.
Ketiga, peserta Webinar Rabu Inspirasi (RAPI), dengan materi “Ujian Via Whatshapp”. Interaksi antar panitia, nara sumber dan peserta dilakukan melakukan aplikasi Telegram, dan Vicon (Webex). Hasil webinar ini semakin menambah pengetahuan penulis tentang aplikasi penilaian terbaru melalui Whatshapp.
Keempat, peserta webinar “Kompleksitas Pembelajaran Biologi dan Inovasi Selama Pandemi Covid-19”. Interaksi antar panitia, nara sumber dan peserta dilakukan melakukan aplikasi group Whatshapp.
Hasil webinar sangat penting untuk diketahui oleh guru biologi, antara lain: (i) tidak semua guru sekolah paham dan lancar dalam menggunakan teknologi/produk IT, solusinya: perlu diadakan pelatihan untuk guru dan siswa dalam mengaplikasikan produk IT sebagai media pembelajaran daring, (ii) terdapat perbedaan kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan dengan metode daring dan kesanggupan peserta didik dalam mengerjakan tugastugas di rumah. Solusinya: pemberian tugas dengan mengutamakan pengalaman belajar pada peserta didik, (ii) peserta didik kurang memahami arti dari pembelajaran di rumah. Saat pembelajaran daring diterapkan selama pandemi covid19, beberapa peserta didik justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain gadget. Sementara tuntutan dari pembelajaran daring adalah peserta didik diharapkan tetap produktif meskipun proses belajar sedang dibatasi jarak dan dilakukan secara tidak tatap muka.
Kelima, peserta pelatihan daring “NULIS BARENG PAK DHE”. Penulis tertarik untuk ikut kegiatan ini, mottonya sangat inspiratif, yaitu “karena nulis bukan sekedar menghasilkan karya, namun bagaimana menjadikan karya layak baca, layak terbit, dan layak dikonsumsi khalayak”. Pada diklat ini diperkenalkan materi, yaitu (i) menentukan ide dan tema, (ii) membuat outline, (iii) ayo nulis, swasunting, dan dan publish naskah, (iv) pasar penerbit dan link penerbit mayor dan indie, dan (v) template naskah. Interaksi antar panitia, nara sumber dan peserta dilakukan melalui aplikasi Zoom Meeting dan group Whathapp khusus. Hasil akhir dari pelatihan ini, setiap peserta wajib membuat artikel yang bertema “Spirit Literasi di Tengah Pandemi”. Insya Allah, semua artikel peserta akan diterbitkan dalam sebuah buku antologi yang berjudul “RONA RONA CORONA”.
Keenam, peserta diklat daring “ Pengembangan Kompetensi Guru Biologi MA/SMA/SMK”. Adapun materi kegiatan meliputi: (i) kuliah umum; dilema pembelajaran sains pada masa pandemi, inovasi pembelajaran berbasis teknologi, hakekat pembelajaran sains, dan (ii) kuliah materi khusus; pembelajaran online, evaluasi online, teknik penulisan soal dan pembuatan tes online, cladogram, penjaminan mutu pembelajaran di kelas, genetika, ekologi dan lingkungan, metabolisme. Interaksi antar panitia, nara sumber dan peserta dilakukan melakukan aplikasi Whatshapp dan Vicon (Webex/Zoom).
Kegiatan ini adalah kegiatan yang dapat disetarakan dengan pelatihan pengembangan kompetensi guru. Untuk itu, kelulusan peserta didasarkan pada dimiliki atau tidaknya kompetensi. Peserta yang mendapat sertifikat harus mengikuti kegiatan secara penuh, menyelesaikan tugas-tugas serta penilaian kelayakan kompetensi berdasarkan tugas yang dikerjakan.
Harapannya, semua kegiatan pembelajaran daring yang telah diikuti bisa bermanfaat bagi penulis, peserta didik dan sekolah. Aamiin ….
Penulis,
Syaiful Rohman
Guru Biologi SMAN 1 Sampang, Madura
Jadilah yang pertama berkomentar di sini